Kisah Sejarah Jabal Uhud yang Melegenda

Jabal Uhud di Madinah, Arab Saudi sering menjadi destinasi para wisata religi jamaah umrah atau haji dari berbagai penjuru dunia. Pengunjung bisa mengenang Perang Uhud dan perjuangan Nabi Muhammad SAW pada waktu di sana.

Jabal Uhud adalah sebuah gunung yang berjarak sekitar 5 km dari pusat kota Madinah. Terletak di pinggir jalan lama Madinah-Mekah dan merupakan bukit terpanjang di Madinah yang membentang 7 km.

Nama Jabal Uhud bisa diartikan sebagai bukit yang keberadaannya menyendiri karena uhud artinya ‘Penyendiri’. Berbeda pada umumnya bukit dan gunung di Madinah yang saling menyambung, Jabal Uhud tidak bersambungan.

Sebuah riwayat juga menceritakan, Rasulullah SAW pernah menaiki puncak Uhud bersama Sayyidina Abu Bakar RA, Sayyidina Usman bin Affan RA dan Sayyidina Umar al Faruq RA. Setelah mereka itu mempunyai kesempatan untuk bisa berada di puncak, mereka merasakan Gunung Uhud itu bergetar.

Rasulullah kemudian kakinya di hentakkan dan bersabda: Tenanglah kamu Uhud. Di atasmu sekarang adalah Rasulullah dan orang yang selalu membenarkannya dan dua orang yang akan mati syahid. Tak lama kemudian setelah itu Uhud berhenti bergetar. Demikianlah tanda kecintaan dan kegembiraan Uhud menyambut Rasulullah.

Uhud merupakan kawasan perang besar antara kaum Muslim dengan kafir Quraisy yang peristiwanya akan selalu dikenang hingga akhir masa. Jabal Uhud, tidaklah begitu besar, tingginya kira 2 1.050 meter.

Di lembah bukit ini pernah terjadi sebuah perang yang begitu dasyat antara kaum muslimin sebanyak 700 orang untuk melawan kaum musyrikin Mekah sebanyak 3000 orang. Dalam pertempuran itu kaum muslimin yang gugur (mati) mencapai 70 orang syuhada, antara lain Hamzah bin Abdul Munthalib pamannya Nabi Muhammad SAW.

Perang uhud terjadi pada tahun ke 3 H, waktu kaum musyrikin Mekah telah tiba di perbatasan Madinah, umat Islam mengadakan musyawarah bersama para sahabatnya yang dipimpin oleh Nabi Muhammad SAW. Banyak para sahabat yang memberikan usulan atau masukan agar umat Islam menyosong kedatangan musuh di luar kota Madinah, usul ini pun akhirnya disetujui oleh Nabi Muhammad SAW.

Beberapa orang yang bertugas sebagai pemanah ditempatkan di atas gunung Uhud, untuk mengadakan dari berbagai serangan yang ada apabila kaum musyrikin mulai menggempur kedudukan umat Islam.

Dalam perang yang dasyat itu berlangsung akhirnya umat Islamlah yang mendapat kemenangan gemilang, para pemanah umat Islam yang ditempatkan di atas gunung Uhud, setelah melihat barang-barang yang ditinggalkan oleh para musuh ada beberapa di antara mereka yang menginggalkan pos untuk turut mengambil barang-barang itu padahal Nabi Muhammad SAW sudah memberikan instruksi agar tidak meninggalkan pos meski terjadi sesuatu apapun itu.

Adanya pengosongan pos oleh pemanah tersebut digunakan oleh Khalid bin Walid (sebelum dia masuk agama Islam) dia adalah seorang ahli strategi yang memimpin tentara berkuda, menggerakkan para tentaranya kembali untuk menyerang kembali sehingga umat Islam mengalami kekalahan yang jumlahnya tidak sedikit yaitu sampai 70 orang sahabat gugur sebagai syuhada, di antaranya yaitu paman Nabi, Hamzah bin Abdul Muththalib, yang diberi gelar dengan sebutan Asa¬dullah wa Asadur Rasul (Singa Allah dan Rasul-Nya), Mush’ab bin Umair, dan Abdullah bin Jahsyin.

Para syuhada itu dimakamkan di tempat dimana mereka gugur (mati), di sekitar Jabal Uhud. Nabi SAW merasakan kesedihan yang amat mendalam atas kematian pamannya tersebut.

Kematian paman nabi ini, dikarenakan oleh ulahnya Hindun binti Utbah, istri seorang kaum musyrikin, yang memberi upah kepada Wahsyi Alhabsyi, seorang budak, untuk membunuh Hamzah.

Tindakan balas dendam akhirnya dilakukan oleh Hindun, karena ayahnya dibunuh oleh Hamzah pada saat Perang Badar terjadi. Wahsyi dijanjikan akan mendapat kemenangan apabila ia dapat membunuh Hamzah dalam peperangan ini.

Nabi Muhammad SAW sendiri dalam peperangan tersebut mendapat luka-luka dan sahabat-sahabatnya yang menjadi perisai Nabi Muhammad SAW semuanya gugur karena badannya sudah dipenuhi banyak anak panah. setelah perang usai dan kaum musyrikin mengundurkan diri dan kembali ke Mekah, maka Nabi Muhammad SAW memerintahkan agar mereka yang telah gugur dapat dimakamkan di tempat mereka roboh, sehingga ada satu liang kubur beberapa syuhada. Kuburan uhud pada saat ini sudah dikelilingi dengan tembok.

Muhammad SAW bersabda, Mereka para syuhada yang dimakamkan di Uhud tidak memperoleh tempat yang lain kecuali ruhnya itu berada di alam burung hijau yang melewati sungai Surgawi. Burung itu memakan makanan dari taman surga yang tidak akan pernah kehabisan makanan. Pada syuhada itu berkata siapa yang akan menceritakan kondisi kami kepada saudara kami bahwa kami sudah berada di surga ini.

Maka Allah berkata,
” Aku yang akan memberi kabar kepada mereka.” Maka dari situ kemudian turun ayat yang berbunyi,” Dan janganlah mengira bahwa orang yang terbunuh di jalan Allah itu meninggal (Qs 3:169)

46 tahun kemudian, yaitu pada masa Khalifah Marwan bin Hakam, telah terjadi banjir besar sehingga makam Hamzah dan Abdullah bin Jahsyin mengalami rusak berat. Ternyata, meski sudah lebih dari 40 tahun di dalam kubur, jasad kedua sahabat itu masih terlihat segar, seperti baru saja meninggal. Maka jasadnya dikubur di tempat lain tapi masih berada di kawasan sekitar Gunung Uhud.

Pada masa daulah Utsmaniyah telah dibangun sebuah masjid yang bagitu indah di makam mereka. Tapi karena menurut pe¬merintah Arab Saudi, peziarah yang banyak mengunjungi makam tersebut salah hingga melakukan bid’ah dan syirik, sehingga pemerintah membongkar masjid tersebut dan memin¬dahkannya ke tempat lain, masih berada di sekitar Uhud.

Masjid itu diberi nama Masjid Sayyidusy Syuhada Hamzah bin Abdul Muththalib.

Komplek pemakaman terlihat begitu sederhana tidak mewah. Di sekelilingnya pun diberi pagar yang berjeruji yang memiliki tinggi sekitar 3 m.

Di area pemakaman terlihat bebatuan yang berwarna hitam dan membentuk kotak yang cukup besar sebagai tanda makam Hamzah bin Abdul Muthalib dan Abdullah bin Jahsyi, juga merupakan sepupunya dari Nabi Muhammad SAW. Sementara itu makam para syuhada yang lainnya tidak terlihat ada tandanya dan jejaknya.

Peziarah bisa bebas melihat ke area dalam pemakaman para syuhada. Namun tetap ada aturan yang berlaku yang harus di taati pada saat berziarah. Aturannya ada dan sudah tertulis dalam bahasa Indonesia sehingga mudah dimengerti oleh para peziarah.

Selama berada di Jabal Uhud pengunjung dapat mendaki bukit yang ukurannya tidak terlalu tinggi, namun tidak mudah untuk bisa mencapai puncaknya. Tentunya tetap harus selalu berhati-hati untuk mendakinya.

Sebelum pulang dari Jabal Uhud pengunjung bisa mampir dahulu ke area sekitar itu yang penuh dengan para pedagang suvenir serta makanan khas asal Arab. Beraneka ragam jenis suvenir yang ada antara lain perhiasan, tasbih, peci hingga berbagai macam jenis kurma.

Ingin merasakan berziarah ke Jabal Uhud? dan juga ke tempat-tempat bersejarah di Madinah dan Mekkah? mari ikuti Program Umroh Murah dari Travel Umroh Murah Mabrur Mandiri NDW, ada bermacam-macam paket, diantaranya ada; Umroh Murah, Umroh Bisnis Nikmat, Umroh Bisnis, Umroh VIP, dan juga Umroh Plus Wisata.

Silahkan memilih yang paling cocok dan sesuai dengan kebutuhan ibadah Bapak dan Ibu.

Open chat
1
Klik Tombolnya Lagi